Hujan kini mengguyur ibu kota yang kian terasa akan sepi, di sebuah jalan setapak yang mengarah ke gang buntu terlihat seorang gadis yang sedang berjalan tertatih-tatih, terlihat diraut wajahnya yang samar tertutup akan derasnya hujan dia tampak menahan tangis.
Tanpa ia sadari diujung gang berdiri seorang laki-laki yang menatap dirinya dengan tatapan berbeda namun diujung tangannya terlihat sebuah payung hitam yang masih belum tertutup rapat.
"Kau akan sakit jika masih berjalan dibawah hujan sederas ini Ara," ujar laki-laki tadi dengan suara yang sedikit dikeraskan, tanpa sadar membuat gadis tadi terpaku dibawah hujan yang kian membasahi tubuh gadis tadi.
"K-kau?! Tidak usah peduli kepadaku, apa mau mu sebenarnya Darka? Kenapa?" ucap gadis tadi yang dipanggil Ara dengan raut wajah yang kini terlihat akan marah, percikkan matanya terlihat meredup namun nada suaranya terdengar tegas walaupun getar akan ketakutan atau mungkin karena hujan yang lebat ini.
"Aku tidak ada maksud lain, aku hanya tidak ingin kamu sakit mengingat tubuhmu yang lemah dan mudah terkena akan sakit," ujar laki-laki tadi yang diketahui bernama Darka, laki-laki yang terus berjalan dibawah hujan tanpa payung padahal dia sedang memegang payung ditangannya, tanpa ragu dia mendekat ke gadis tadi sambil tersenyum dia menyodorkan payung hitam tadi.
"Aku tahu mungkin kamu enggan menerima ini namun pikirkan kesehatan mu Ara, dan ini bukan salahmu berhenti tenggelam didalam penyesalan yang tiada berarti itu," ucap Darka dengan tegas sembari menyodorkan payung yang ia pegang, ia tahu gadis tadi tidak akan mengambilnya.
Namun ia tidak ingin gadis itu terus larut akan penyesalan, ia ingin gadis yang kini terpaku didepannya bisa kembali tersenyum seperti sediakala, dia tahu itu bukan sepenuhnya kesalahan gadis itu namun gadis itu malah menyalahkan dirinya sendiri bahkan menghukum dirinya didalam jurang penyesalan yang menyakitkan.
Komentar
Posting Komentar